Semenjak
mengenal Kuskus, saya jatuh hati dan tergila-gila padanya. Dua tahun tinggal di Papua, saya gunakan
untuk mengenal Kuskus lebih jauh dan mencari kesempatan untuk bermain bersama.
Kuskus
merah dan hitam atau abu-abu sudah saya jumpai.
Tetapi saya masih belum bertemu dengan kuskus berwarna putih. Menurut teman-teman Papua, Kuskus putih
adalah jenis kuskus yang paling cantik.
Bulu tebal berwarna putih dan bibir tipis berwarna merah, membuat siapapun
tergoda untuk mengendong dan mengelusnya.
Tepat
disaat saya akan meninggalkan Papua, keberadaan mengenai Kuskus Putih
terlacak. Seorang kenalan saya
menelfon. Ia menginformasikan kalau ada
satu ekor Kuskus Putih yang dipelihara oleh salah satu warga di sebuah kampung
di pinggiran kota Serui. Saya segera melaju kesana.
Saya
mendapati Kuskus putih imut meringkuk didalam kandang. Dia terkurung, dan dia tidak senang. Kuskus putih ini baru ditangkap dari hutan
belantara, jadi masih cukup agresif. Pemilik
Kuskus sangat ramah. Ia memboleh saya untuk membuka kandang kuskus dan
menyentuhnya. Sensasi rasa senang
melihat kuskus mirip dengan rasa senang ketika melihat pantai indah atau
pemandangan alam spektakuler lainnya.
Rasa senang yang menggoda saya untuk mengambil resiko.

Kuskus
tersebut tidak akan bertahan lama, ketika berat kuskus sudah bertambah dan kuskus
menjadi lebih besar, pemilik akan memasaknya. Daging kuskus adalah salah satu
jenis daging yang digemari oleh masyarakat Papua. Kuskus termasuk hewan berkantong. Kuskus menyimpan anak di kantong. Ketika pemburu menembak ibu Kuskus, Ibu akan
terjatuh bersama dengan anak yang ada di dalam kantong. Ibu Kuskus yang terluka karena senapan angin
segera dimasak, sedangkan bayi atau anak kuskus yang masih kecil akan
dipelihara.
Puas bermain dengan kuskus, sayapun melangkah pulang seiring dengan matahari tenggelam.
April
2014.
No comments:
Post a Comment