Tuesday 6 October 2015

Ojek Tua Menuju Puncak Polimak


Aku datang disaat kondisi politik memanas. Kota Jayapura terlihat sepi mencekam.  Meski tidak terdengar berita penembakan atau amukan masa, tetapi semua orang beraga dalam posisi siaga.   Tidak ada yang bisa menduga apa yang akan terjadi.  Situasi bisa lebih buruk dari sebelumnya.  Ada dugaan kalau kondisi akan memanas. Konon, akan ada serangan balasan dari kelompok korban.
Aku tidak tahu harus kemana, yang pasti Aku harus keluar mencari makan siang. Harga makanan room service hotel cukup mahal sedangkan harga makanan di luar hotel mungkin bisa setengahnya.  Aku memberanikan diri keluar dari hotel.  Aku menyusuri pinggir jalan, melewati hotel Yasmin.  Di seberang jalan terlihat tulisan besar KFC, dengan logo khasnya.  KFC adalah salah satu makanan favoritku, meski KFC bukanlah makanan sehat yang direkomendasikan.  Rasanya gurihnya membuatku ketagihan.  Ketika tiba di bangunan bertingkat tersebut, Aku sedikit bingung karena yang aku jumpai bukan KFC melainkan sebuah mini market kecil yang menjual berbagai kebutuhan mulai dari sayuran, buah, daging, susu, teh, kopi, pelembab, shampo, sabun, dan banyak lainnya. Dimana ayam goreng gurihku?
Aku bertanya kepada kasir mini market itu, yang kemudian ku ketahui bernama Gelael, ternyata KFC ada di lantai atas.  Antrian KFC sangat panjang, meski sudah dilayani oleh tiga kasir.  Aku memperhatikan antrian, umumnya wajah yang antri adalah wajah pendatang (tidak berambut keriting dan berkulit hitam). Mereka bisa saja orang Manado, Makasar, Jawa, Padang, Batak, dan mungkin juga mereka sudah lahir dan besar di Papua. 
Dalam perjalanan pulang ke hotel aku melihat pangkalan ojek.  Naluri petualangku tertantang,  aku menawar ojek untuk mengantarkanku ke puncak bukit Polimak.  Katanya dari puncak bukit yang bertuliskan JAYAPURA berukuran raksasa, kita dapat menyaksikan pemandangannya indah kota Jayapura, dan aku ingin membuktikannya.  Nasihat Alfredo untuk tidak pergi jauh meninggalkan hotel membuatku menjadi sedikit ragu.  Aku menanyakan kondisi keamanan kepada bapak tua, tukang ojek, yang akan mengantarkanku.  Ia berusia sekitar 50an, berbadan kurus kering, berambut lurus yang didominasi warna abu-abu.   Ia berusa meyakinkanku kalau situasi di kota dan sekitarnya cukup aman.  Polimak masih berada di daerah kota, jadi tidak berbahaya.  Dengan motor tuanya, bapak itu membawaku melewati jalanan beraspal yang terus menanjak.  Motor tua tersebut mengalami kesulitan mendaki puncak bukit.  Beberapa kali mesin motor mati, yang membuatku deg-degan. Kami melewati pemukiman padat rumah penduduk, kebanyakan rumah masyarakat Papua asli.  Jalanan menuju ke puncak Polimak sangat sempit, hanya bisa dilewati oleh satu mobil dan satu motor, itupun dengan catatan motor harus mepet ke pinggir.  Ojek tua terus merangkak naik, kami melewati beberapa stasiun pemancar TV.  Akhirnya kami tiba di puncak.  Dan benar, dari puncak Polimak kita bisa menyaksikan pemandangan indah kota Jayapura. 

No comments:

Post a Comment