Sunday 1 June 2014

Menelusuri Telaga Sarawandori dengan Perahu Dayung

Di Bulan Maret 2014 lalu, disuatu siang yang panas, saya dan seorang kawan, mengunjungi pantai Sarawandori, pantai yang menjadi tujuan wisata di kota Serui, ibu kota kabupaten kepulauan Yapen, Papua.  Ini adalah kunjungan pertama bagi teman saya.  Sedangkan untuk saya sendiri, ini adalah kunjungan yang kesekian puluh kalinya.   Bagaimanapun, saya tidak pernah bosan dengan pantai ini.   Selalu saja ada hal baru dan unik.

Kami pergi dengan sepeda motor Honda, Blade.  Meski ber-body kokoh, tetapi Honda Blade tidak setangguh pendahulunya seperti Supra X dan Supra Fit.  Dengan susah payah Blade melewati jalanan kecil, mendaki dan menurun.  Jalanan ke pantai Sarawandori ini sudah beraspal. Jalanannya bagus meski sekali-kali terdapat aspal bolong dan rusak serta genangan air yang menyerupai kolam kecil.  

Ada yang berbeda dengan kunjungan saya kali ini.  Kami berdua menyewa perahu dayung.  Dan dikarenakan tidak ada yang memiliki keahlian mendayung, kami ditemani oleh ibu pemilik perahu, yang di Papua disebut mama.  Kami menyepakati harga Rp. 100,000, sewa perahu dan upah mendayung.  Untuk di Papua harga tersebut termasuk harga wajar dan kami juga tidak berkeberatan membayar.  Mama pemilik perahu membawa kami menelusuri telaga Sarawandori.  


Masyarakat disini menyebutnya telaga, tetapi air dari telaga tersebut bukan air tawar.  Air dari telaga adalah campuran air laut dengan air tawar yang keluar dari beberapa mata air di sela batu-batu dipinggir atau dari dasar telaga.  Mungkin laguna adalah sebutan yang tepat telaga tersebut.  Matahari  bersinar terik.  Saya lupa membawa sun cream, meski menggunakan kemeja lengan panjang, kulit saya terasa perih.  Panas cahaya matahari menembus masuk dan membakar kulit.  Meskipun demikian, saya tidak memperdulikannya.  Saya hanya meringis tetapi kembali tersenyum ketika menyaksikan keindahan alam yang terhampar indah disekeliling.   Perpaduan air telaga yang berwarna hijau dan langit berwarna biru terlihat begitu sempurna.  Mama pemilik perahu seakan mengerti jiwa kami, terus mendayung perahunya melewati celah-celah kecil diantara dua bukit dengan pepohonan yang rimbun. 

Perahu kami berhenti di salah satu sudut pulau dimana terlihat seorang perempuan muda dengan seorang anak kecil tengah mengumpulkan kayu bakar.  Ternyata mereka adalah anak dan cucu dari mama pemilik perahu.  Setelah puas berfoto, kami melanjutkan berkeliling, kali ini cucu mama bergabung dengan kami membantu mama dengan mendayung perahu dibagian depan.   

Ikan berwarna-warni yang tengah bermain dan bergembira dibawah air terlihat jelas dari perahu.  Sekali-kali kami juga mendengarkan alunan suara burung.  Duduk diatas perahu dayung kecil ini, dengan air dan pepohonan berwarna hijau yang memanjakan mata membuat saya merasa tengah memasuki alam lain.  Alam yang tenang dan indah dengan kecantikan alami nan menentramkan hati. Jika surga ada di bumi ini, mungkin telaga ini adalah salah satunya.  It’s heaven on earth.....

Maret 2014.












No comments:

Post a Comment