Di Bulan Maret 2014 lalu,
disuatu siang yang panas, saya dan seorang kawan, mengunjungi pantai
Sarawandori, pantai yang menjadi tujuan wisata di kota Serui, ibu kota
kabupaten kepulauan Yapen, Papua. Ini
adalah kunjungan pertama bagi teman saya.
Sedangkan untuk saya sendiri, ini adalah kunjungan yang kesekian puluh
kalinya. Bagaimanapun, saya tidak
pernah bosan dengan pantai ini. Selalu
saja ada hal baru dan unik.
Kami pergi dengan sepeda motor
Honda, Blade. Meski ber-body kokoh,
tetapi Honda Blade tidak setangguh pendahulunya seperti Supra X dan Supra
Fit. Dengan susah payah Blade melewati jalanan
kecil, mendaki dan menurun. Jalanan ke
pantai Sarawandori ini sudah beraspal. Jalanannya bagus meski sekali-kali
terdapat aspal bolong dan rusak serta genangan air yang menyerupai kolam
kecil.
Ada yang berbeda dengan
kunjungan saya kali ini. Kami berdua
menyewa perahu dayung. Dan dikarenakan
tidak ada yang memiliki keahlian mendayung, kami ditemani oleh ibu pemilik perahu,
yang di Papua disebut mama. Kami
menyepakati harga Rp. 100,000, sewa perahu dan upah mendayung. Untuk di Papua harga tersebut termasuk harga
wajar dan kami juga tidak berkeberatan membayar. Mama pemilik perahu membawa kami menelusuri
telaga Sarawandori.
Masyarakat disini menyebutnya
telaga, tetapi air dari telaga tersebut bukan air tawar. Air dari telaga adalah campuran air laut
dengan air tawar yang keluar dari beberapa mata air di sela batu-batu dipinggir
atau dari dasar telaga. Mungkin laguna
adalah sebutan yang tepat telaga tersebut.
Matahari bersinar terik. Saya lupa membawa sun cream, meski menggunakan kemeja lengan panjang, kulit saya
terasa perih. Panas cahaya matahari
menembus masuk dan membakar kulit.
Meskipun demikian, saya tidak memperdulikannya. Saya hanya meringis tetapi kembali tersenyum
ketika menyaksikan keindahan alam yang terhampar indah disekeliling. Perpaduan air telaga yang berwarna hijau dan
langit berwarna biru terlihat begitu sempurna.
Mama pemilik perahu seakan mengerti jiwa kami, terus mendayung perahunya
melewati celah-celah kecil diantara dua bukit dengan pepohonan yang rimbun.
Perahu kami berhenti di salah
satu sudut pulau dimana terlihat seorang perempuan muda dengan seorang anak
kecil tengah mengumpulkan kayu bakar.
Ternyata mereka adalah anak dan cucu dari mama pemilik perahu. Setelah puas berfoto, kami melanjutkan
berkeliling, kali ini cucu mama bergabung dengan kami membantu mama dengan
mendayung perahu dibagian depan.
Ikan berwarna-warni yang tengah
bermain dan bergembira dibawah air terlihat jelas dari perahu. Sekali-kali kami juga mendengarkan alunan
suara burung. Duduk diatas perahu dayung
kecil ini, dengan air dan pepohonan berwarna hijau yang memanjakan mata membuat
saya merasa tengah memasuki alam lain.
Alam yang tenang dan indah dengan kecantikan alami nan menentramkan
hati. Jika surga ada di bumi ini, mungkin telaga ini adalah salah satunya. It’s heaven on earth.....
Maret 2014.
No comments:
Post a Comment