Tuesday, 14 July 2015

Pilot Perempuan Selandia Baru di Langit Papua



Saya pernah menuliskan salah satu artikel pada blog ini yang menceritakan bagaimana saya menyukai saat-saat terbang dengan pesawat Susi Air.  Saya menyukainya karena beberapa alasan, pertama karena seperti kita ketahui Bu Susi adalah pemilik pesawat Susi Air.  Saya suka dengan ide ketika perempuan bisa menjadi pemimpin, terutama pemimpin di sebuah industri yang umumnya di dominasi oleh laki-laki. Hal lain yang saya suka adalah karena pesawatnya kecil, karena pesawatnya kecil maka pesawat tersebut terbang rendah, sehingga pemandangan indah di bawahnya nampak sangat jelas. Terakhir karena mayoritas pilot Susi Air adalah pilot asing. Pilot asing laki-laki adalah sudah biasa, tetapi saya menjadi semakin kagum dengan Susi Air ketika dalam beberapa kali penerbangan di Papua saya berjumpa dengan pilot perempuan.   Beberapa kali saya berjumpa dengan pilot perempuan asing dan saya hanya bisa menatap dari kejauhan.  Mereka tinggi, langsing, berkulit putih, berambut pirang, mengenakan kaca mata hitam, mereka terlihat sangat keren dengan pakaian pilotnya. Saya mengagumi mereka.  Meski saya terlahir tiga kali lagi ke bumi ini saya masih belum yakin kalau saya akan bisa menjadi seperti mereka. Profesi mereka hanya impian belaka bagi saya.  Meski saya tidak bisa menjadi pilot, tetapi saya berharap semakin banyak pilot perempuan di Indonesia.  Sebagai negara kepulauan kita membutuhkan banyak sekali pilot tetapi selama ini profesi tersebut masih di dominasi oleh laki-laki.

Dalam suatu kesempatan saya memberanikan diri untuk menegur pilot cantik tersebut.  Dia membalas sapaan saya dengan ramah.  Namanya Abigail Gordon. Tidak hanya itu, dia juga bersedia menjawab setiap pertanyaan saya. Sama seperti saya, Abigail juga berharap jumlah pilot perempuan Indonesia terus bertambah. Saya sangat berterimakasih pada Abigail atas kesediaannya untuk melayani wawancara saya, mohon maaf jika saya baru bisa mempostingnya sekarang.  Saya berharap agar hasil wawancara dengan Abigail dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang tengah mengejar mimpi.  Wujudkanlah mimpimu, apapun itu, dan jangan ragu.

Berikut adalah penuturan Abigail:
Saya mengambil sekolah Pilot di New Zealand.  Ketika itu saya masih berumur 24 tahun. Dan pada tahun 2011 saya datang ke Indonesia untuk bekerja dengan pesawat Susi Air.   Awalnya saya bekerja sebagai Co-pilot di Medan selama satu bulan, setelah itu saya ditugaskan di Kupang selama satu bulan, masih sebagai co-pilot, kemudian sayadipindahkan lagi ke Sentani Papua.  Saya bekerja selama delapan bulan sebagai co-pilot di beberapa basis Susi Air di Papua seperti Sentani, Wamena, Nabire, dan Manokwari.  Barulah pada bulan Juni tahun 2012, ketika saya sudah mencapai 1000 jam terbang saya menjadi kapten.  Dikarenakan terbang di Papua tidak mudah, banyak tantangannya, maka saya tidak bisa memulai posisi kapten saya di Papua, sehingga saya balik ke Balik Papan dan bekerja disana selama satu tahun.  Barulah setelah itu, saya mendapatkan tawaran posisi sebagai kapten untuk penerbangan di Papua, yang tentu saja dengan senang hati saya terima karena saya sangat suka Papua.    Saat ini basis saya adalah antara Manokwari atau Nabire, tetapi mungkin satu tahun kemudian saya akan ditempatkan di Sentani atau Wamena dimana penerbangan disana akan lebih menantang, terbang di daerah pegunungan yang sulit.


1. Banyak orang menganggap kalau Papua adalah tempat yang berbahaya bagi perempuan, apakah anda setuju dengan anggapan itu, apakah anda tidak takut dengan masalah keamanan? Kenapa anda ingin bekerja di Papua?

Saya tahu kalau Papua memang kurang aman untuk perempuan, bagaimanapun, secara pribadi, saya selalu merasa sangat aman disini. Hal ini mungkin dikarenakan saya orang asing, sehingga banyak orang Papua yang justru penasaran dengan saya.  Saya selalu lari pagi sendirian di Manokwari dan saya tidak pernah menghadapi masalah apapun, tetapi untuk beberapa daerah tertentu mungkin saya akan lebih waspada, misalkan di Sentani.   Ketika saya bertugas, terkadang ada masalah keamanan yang berhubungan dengan penumpang pesawat, tetapi biasanya ground crew Indonesia akan mengatasi masalah tersebut.  Saya tidak pernah mendapatkan ancaman secara langsung tetapi saya tahu kalau beberapa staf bandara (ground crew), termasuk staf perempuan, pernah mendapatkan perlakukan kasar.  Saya suka bekerja di Papua, Papua memiliki pemandangan yang sangat indah, dan menerbangkan pesawat di Papua penuh dengan tantangan dan disaat yang sama juga sangat menyenangkan.
Saya bekerja satu bulan, kemudian saya mendapatkan libur dua Minggu, hal ini sangat memudahkan saya, sehingga saya tidak terlalu bosan di Papua.  Saya menyukai kegiatan outdoor: saya suka pergi ke pantai, lari, bermain footsall, makan makanan segar... Menurut saya, Papua adalah tempat yang sangat pas untuk saya!  Selain itu, rekan sesama pilot saya sangat baik, saya senang bekerja dan menghabiskan waktu bersama mereka.   

2. Menurutmu bagaimana pandangan masyarakat Papua (terutama laki-laki) melihat pilot perempuan seperti diri Anda? Karena selama ini mereka lebih terbiasa melihat pilot laki-laki. 

Jujur saja, saya juga tidak tahu.  Selama ini, semua penumpang sangat ramah kepada saya, begitu juga dengan pilot laki-laki.  Sepertinya mereka menghormati pilihan saya sebagai pilot, sehingga mereka memperlakukan saya dengan sopan. 

3. Pernahkan anda mengalami diskriminasi sebagai pilot perempuan?

As a pilot it is almost an advantage to be female.  Menjadi pilot perempuan sebenarnya malah banyak untungnya.   Karena jumlah pilot perempuan masih sedikit sehingga lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan.  Terutama mungkin juga karena Susi Air adalah milik pengusaha perempuan sehingga tidak ada diskriminasi gender.   Tetapi jika bicara dalam konteks yang lebih luas, iya, memang ada diskriminasi gender dalam dunia penerbangan, misalkan sepengetahuan saya, pesawat Lion Air masih belum menerima Pilot Perempuan.
 
4. Tantangan apa yang Anda hadapi sebagai pilot di Papua, dan bagaimana Anda mengatasinya?

Satu-satunya tantangan adalah masalah kebersihan, misalkan, banyak tempat-tempat yang menjadi rute penerbangan kami tidak memiliki toilet yang bersih! Tetapi ini bukan masalah besar.  Karena hari libur saya cukup banyak, maka saya tidak begitu merasakan tantangan tinggal di Papua.  Terkadang saya rindu mengobrol dengan sesama perempuan, tetapi untunglah saya punya cukup banyak hari libur sehingga saya bisa pergi liburan dan bertemu dengan teman-teman perempuan, jadi hal itu juga tidak jadi masalah juga bagi saya.
Menurut saya tantangan di Papua yang saya hadapi hampir tidak ada, malah sebaliknya, saya justru merasa bersalah ketika melihat kemiskinan dan kesulitan hidup masyarakat di sini yang merupakan tantangan yang sebenarnya, dan saya tidak melakukan sesuatu untuk membantu.

5.  Kenapa anda memilih karir ini? Kapan anda menyadari bahwa anda ingin menjadi seorang pilot?
In New Zealand we have a student loan system whereby you can borrow all the money to pay for your pilot licence from the government.  
Di New Zealand, kami memiliki student loan system, dimana anda bisa meminjam uang dari pemerintah untuk mendapatkan lisensi menjadi pilot.  
Saya sudah pernah melakukan beberapa penerbangan sebelumnya dan saya sangat menyukainya, tetapi saya yakin kalau saya tidak akan mungkin menjadi pilot seperti sekarang jika saya harus membayar uang sekolah pilot saya sendiri tanpa adanya pinjaman. Saya termasuk orang yang beruntung karena bisa mewujudkan mimpi saya menjalani profesi yang menyenangkan ini karena saya berasal dari New Zealand dan pemerintah kami sangat mendukung pendidikan.  

6. Bagaimana tanggapan keluarga dan teman anda terhadap pilihan profesi anda?

Keluarga dan teman-teman saya sangat mendukung.  Tetapi banyak teman saya yang tidak memahami kenapa saya mau tinggal di Papua hal ini dikarenakan mereka lebih suka tinggal di kota.   Saya sendiri di besarkan di daerah pertanian di New Zealand sehingga saya lebih menyukai kota kecil yang memiliki banyak lahan kosong.  Orang tua saya sudah pernah mengunjungi saya di Indonesia, dan mereka berencana untuk datang ke Papua tahun ini.  Mereka sangat mendukung karir saya sebagai pilot.

7. Tantangan apa yang anda hadapi sewaktu menjalani latihan menjadi pilot?
Menjadi pilot sangat tergantung dengan keterampilan sehingga tantangan utama adalah belajar motor skills baru dan terus menjalani ketentuan program.  Biayanya sangat mahal,dan meskipun saya mendapatkan pinjaman untuk membayar sekolah pilot saya, saya masih harus mencari uang untuk membayar biaya akomodasi dan biaya makan (yang sangat mahal di New Zealand).  Selain itu, meskipun sudah lulus dari sekolah pilot, tetapi tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan, dan biasanya pilot dibayar sangat tidak layak pada pekerjaan pertamanya, bahkan beberapa perusahaan mengharuskan pilot membayar sejumlah uang pada perusahaan satu tahun pertama mereka bekerja di perusahaan tersebut atau mereka bekerja tidak dibayar. Atau perusahaan akan meminta pilot untuk membayar biaya pelatihan untuk jenis pesawat tertentu yang digunakan oleh perusahaan tersebut.  Jadi sangat sulit untuk memulai karir sebagai pilot jika kita tidak memiliki cukup uang.  Mendapatkan pekerjaan pertama di Susi Air adalah peluang yang sangat baik karena meski bayaran sebagai co-pilot relatif kecil, tetapi ketika menjadi kapten gaji akan naik cukup signifikan, selain itu makan dan akomodasi ditanggung oleh perusahaan.  Menurut saya ini cukup baik.

8. Nasihat apa yang ingin kamu sampaikan pada perempuan yang tertarik menjadi pilot?

Saya mengenal sangat sangat banyak pilot perempuan, baik yang bekerja di Susi Air ataupun yang di New Zealand, setiap orang bebas menentukan karir apa yang dia inginkan.  Saya tidak bisa memberikan masukan pada orang yang belum saya kenal, tetapi bagaimanapun secara umum hal yang bisa saya sampaikan adalah bahwa dalam hal keahlian tidak ada hambatan bagi wanita untuk menjadi pilot, jadi jika anda tertarik untuk menjadi pilot, anda harus mencobanya.  

9. Kenapa pilot perempuan masih sangat sedikit? Menurut anda, apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya?

Menurut saya, di negara maju, sudah mulia banyak pilot perempuan, tetapi iya, dulunya profesi pilot adalah ranah laki-laki sehingga lebih banyak laki-laki yang menjadi pilot.  Untuk di Indonesia, menurut saya masih akan cukup sulit bagi perempuan untuk berkarir sebagai pilot karena pilot perempuan jumlahnya masih belum banyak. Menurut saya ini juga cukup menarik karena di Indonesia banyak air traffic controllers adalah perempuan, tetapi perempuan yang menjadi pilot malah masih sedikit.  Tantangan lain bagi perempuan ketika menjadi pilot adalah jika perempuan tersebut berkeluarga dan memiliki anak.

Bagi saya bekerja sebagai pilot adalah hal yang paling menyenangkan.  Saya sangat mencintai pekerjaan saya.  Saya sangat gembira ketika menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya. Bekerja sebagai pilot sangat menyenangkan, setiap harinya akan selalu menemukan tantangan yang menarik.   

 PS: thanks to Sonja whom has triggered my memory to post this wonderful interview. 

No comments:

Post a Comment