Saya pernah menuliskan salah satu artikel pada blog ini
yang menceritakan bagaimana saya menyukai saat-saat terbang dengan pesawat Susi
Air. Saya menyukainya karena beberapa
alasan, pertama karena seperti kita ketahui Bu Susi adalah pemilik pesawat Susi
Air. Saya suka dengan ide ketika
perempuan bisa menjadi pemimpin, terutama pemimpin di sebuah industri yang
umumnya di dominasi oleh laki-laki. Hal lain yang saya suka adalah karena
pesawatnya kecil, karena pesawatnya kecil maka pesawat tersebut terbang rendah,
sehingga pemandangan indah di bawahnya nampak sangat jelas. Terakhir karena
mayoritas pilot Susi Air adalah pilot asing. Pilot asing laki-laki adalah sudah
biasa, tetapi saya menjadi semakin kagum dengan Susi Air ketika dalam beberapa
kali penerbangan di Papua saya berjumpa dengan pilot perempuan. Beberapa
kali saya berjumpa dengan pilot perempuan asing dan saya hanya bisa menatap dari
kejauhan. Mereka tinggi, langsing,
berkulit putih, berambut pirang, mengenakan kaca mata hitam, mereka terlihat
sangat keren dengan pakaian pilotnya. Saya mengagumi mereka. Meski saya terlahir tiga kali lagi ke bumi
ini saya masih belum yakin kalau saya akan bisa menjadi seperti mereka. Profesi
mereka hanya impian belaka bagi saya.
Meski saya tidak bisa menjadi pilot, tetapi saya berharap semakin banyak
pilot perempuan di Indonesia. Sebagai
negara kepulauan kita membutuhkan banyak sekali pilot tetapi selama ini profesi
tersebut masih di dominasi oleh laki-laki.
Dalam suatu kesempatan saya memberanikan diri untuk
menegur pilot cantik tersebut. Dia
membalas sapaan saya dengan ramah.
Namanya Abigail Gordon. Tidak hanya itu, dia juga bersedia menjawab
setiap pertanyaan saya. Sama seperti saya, Abigail juga berharap jumlah pilot
perempuan Indonesia terus bertambah. Saya sangat berterimakasih pada Abigail
atas kesediaannya untuk melayani wawancara saya, mohon maaf jika saya baru bisa
mempostingnya sekarang. Saya berharap
agar hasil wawancara dengan Abigail dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja
yang tengah mengejar mimpi. Wujudkanlah
mimpimu, apapun itu, dan jangan ragu.
Berikut adalah penuturan Abigail:
Saya mengambil sekolah Pilot di New Zealand. Ketika itu saya masih berumur 24 tahun. Dan
pada tahun 2011 saya datang ke Indonesia untuk bekerja dengan pesawat Susi
Air. Awalnya saya bekerja sebagai
Co-pilot di Medan selama satu bulan, setelah itu saya ditugaskan di Kupang
selama satu bulan, masih sebagai co-pilot, kemudian sayadipindahkan lagi ke
Sentani Papua. Saya bekerja selama
delapan bulan sebagai co-pilot di beberapa basis Susi Air di Papua seperti
Sentani, Wamena, Nabire, dan Manokwari.
Barulah pada bulan Juni tahun 2012, ketika saya sudah mencapai 1000 jam
terbang saya menjadi kapten. Dikarenakan
terbang di Papua tidak mudah, banyak tantangannya, maka saya tidak bisa memulai
posisi kapten saya di Papua, sehingga saya balik ke Balik Papan dan bekerja
disana selama satu tahun. Barulah
setelah itu, saya mendapatkan tawaran posisi sebagai kapten untuk penerbangan
di Papua, yang tentu saja dengan senang hati saya terima karena saya sangat
suka Papua. Saat ini basis saya adalah
antara Manokwari atau Nabire, tetapi mungkin satu tahun kemudian saya akan
ditempatkan di Sentani atau Wamena dimana penerbangan disana akan lebih
menantang, terbang di daerah pegunungan yang sulit.
1. Banyak orang menganggap kalau Papua adalah tempat
yang berbahaya bagi perempuan, apakah anda setuju dengan anggapan itu, apakah
anda tidak takut dengan masalah keamanan? Kenapa anda ingin bekerja di Papua?
Saya tahu kalau Papua memang kurang aman untuk perempuan, bagaimanapun,
secara pribadi, saya selalu merasa sangat aman disini. Hal ini mungkin
dikarenakan saya orang asing, sehingga banyak orang Papua yang justru penasaran
dengan saya. Saya selalu lari pagi
sendirian di Manokwari dan saya tidak pernah menghadapi masalah apapun, tetapi untuk
beberapa daerah tertentu mungkin saya akan lebih waspada, misalkan di Sentani. Ketika saya bertugas, terkadang ada masalah
keamanan yang berhubungan dengan penumpang pesawat, tetapi biasanya ground crew Indonesia akan mengatasi
masalah tersebut. Saya tidak pernah
mendapatkan ancaman secara langsung tetapi saya tahu kalau beberapa staf
bandara (ground crew), termasuk staf perempuan, pernah mendapatkan perlakukan
kasar. Saya suka bekerja di Papua, Papua
memiliki pemandangan yang sangat indah, dan menerbangkan pesawat di Papua penuh
dengan tantangan dan disaat yang sama juga sangat menyenangkan.
Saya bekerja satu bulan, kemudian saya mendapatkan libur dua Minggu, hal
ini sangat memudahkan saya, sehingga saya tidak terlalu bosan di Papua. Saya menyukai kegiatan outdoor: saya suka
pergi ke pantai, lari, bermain footsall, makan makanan segar... Menurut saya,
Papua adalah tempat yang sangat pas untuk saya! Selain itu, rekan sesama pilot saya sangat
baik, saya senang bekerja dan menghabiskan waktu bersama mereka.
2. Menurutmu bagaimana pandangan masyarakat Papua
(terutama laki-laki) melihat pilot perempuan seperti diri Anda? Karena selama
ini mereka lebih terbiasa melihat pilot laki-laki.
Jujur saja, saya juga tidak tahu. Selama
ini, semua penumpang sangat ramah kepada saya, begitu juga dengan pilot
laki-laki. Sepertinya mereka menghormati
pilihan saya sebagai pilot, sehingga mereka memperlakukan saya dengan
sopan.
3. Pernahkan anda mengalami diskriminasi sebagai pilot
perempuan?
As a pilot it is almost an advantage to be female. Menjadi pilot
perempuan sebenarnya malah banyak untungnya.
Karena jumlah pilot perempuan masih sedikit sehingga lebih mudah untuk
mendapatkan pekerjaan. Terutama mungkin
juga karena Susi Air adalah milik pengusaha perempuan sehingga tidak ada
diskriminasi gender. Tetapi jika bicara dalam konteks yang lebih
luas, iya, memang ada diskriminasi gender dalam dunia penerbangan, misalkan
sepengetahuan saya, pesawat Lion Air masih belum menerima Pilot Perempuan.
4. Tantangan apa yang Anda hadapi sebagai pilot di
Papua, dan bagaimana Anda mengatasinya?
Satu-satunya tantangan adalah masalah kebersihan, misalkan, banyak
tempat-tempat yang menjadi rute penerbangan kami tidak memiliki toilet yang
bersih! Tetapi ini bukan masalah besar. Karena
hari libur saya cukup banyak, maka saya tidak begitu merasakan tantangan
tinggal di Papua. Terkadang saya rindu mengobrol
dengan sesama perempuan, tetapi untunglah saya punya cukup banyak hari libur
sehingga saya bisa pergi liburan dan bertemu dengan teman-teman perempuan, jadi
hal itu juga tidak jadi masalah juga bagi saya.
Menurut saya tantangan di Papua yang saya hadapi hampir tidak ada, malah
sebaliknya, saya justru merasa bersalah ketika melihat kemiskinan dan kesulitan
hidup masyarakat di sini yang merupakan tantangan yang sebenarnya, dan saya
tidak melakukan sesuatu untuk membantu.
5. Kenapa anda memilih karir ini? Kapan anda
menyadari bahwa anda ingin menjadi seorang pilot?
In New Zealand we have a student loan system whereby you can borrow all the
money to pay for your pilot licence from the government.
Di New Zealand, kami memiliki student
loan system, dimana anda bisa
meminjam uang dari pemerintah untuk mendapatkan lisensi menjadi pilot.
Saya sudah pernah melakukan beberapa penerbangan sebelumnya dan saya sangat
menyukainya, tetapi saya yakin kalau saya tidak akan mungkin menjadi pilot
seperti sekarang jika saya harus membayar uang sekolah pilot saya sendiri tanpa
adanya pinjaman. Saya termasuk orang yang beruntung karena bisa mewujudkan
mimpi saya menjalani profesi yang menyenangkan ini karena saya berasal dari New
Zealand dan pemerintah kami sangat mendukung pendidikan.
6. Bagaimana tanggapan keluarga dan teman anda
terhadap pilihan profesi anda?
Keluarga dan teman-teman saya sangat mendukung. Tetapi banyak teman saya yang tidak memahami
kenapa saya mau tinggal di Papua hal ini dikarenakan mereka lebih suka tinggal
di kota. Saya sendiri di besarkan di
daerah pertanian di New Zealand sehingga saya lebih menyukai kota kecil yang
memiliki banyak lahan kosong. Orang tua
saya sudah pernah mengunjungi saya di Indonesia, dan mereka berencana untuk
datang ke Papua tahun ini. Mereka sangat
mendukung karir saya sebagai pilot.
7. Tantangan apa yang anda hadapi sewaktu menjalani
latihan menjadi pilot?
Menjadi pilot sangat tergantung dengan keterampilan sehingga tantangan
utama adalah belajar motor skills
baru dan terus menjalani ketentuan program.
Biayanya sangat mahal,dan meskipun saya mendapatkan pinjaman untuk
membayar sekolah pilot saya, saya masih harus mencari uang untuk membayar biaya
akomodasi dan biaya makan (yang sangat mahal di New Zealand). Selain itu, meskipun sudah lulus dari sekolah
pilot, tetapi tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan, dan biasanya pilot
dibayar sangat tidak layak pada pekerjaan pertamanya, bahkan beberapa
perusahaan mengharuskan pilot membayar sejumlah uang pada perusahaan satu tahun
pertama mereka bekerja di perusahaan tersebut atau mereka bekerja tidak
dibayar. Atau perusahaan akan meminta pilot untuk membayar biaya pelatihan
untuk jenis pesawat tertentu yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Jadi sangat sulit untuk memulai karir sebagai
pilot jika kita tidak memiliki cukup uang. Mendapatkan pekerjaan pertama di Susi Air
adalah peluang yang sangat baik karena meski bayaran sebagai co-pilot relatif
kecil, tetapi ketika menjadi kapten gaji akan naik cukup signifikan, selain itu
makan dan akomodasi ditanggung oleh perusahaan.
Menurut saya ini cukup baik.
8. Nasihat apa yang ingin kamu sampaikan pada perempuan
yang tertarik menjadi pilot?
Saya mengenal sangat sangat banyak pilot perempuan, baik yang bekerja di
Susi Air ataupun yang di New Zealand, setiap orang bebas menentukan karir apa
yang dia inginkan. Saya tidak bisa
memberikan masukan pada orang yang belum saya kenal, tetapi bagaimanapun secara
umum hal yang bisa saya sampaikan adalah bahwa dalam hal keahlian tidak ada
hambatan bagi wanita untuk menjadi pilot, jadi jika anda tertarik untuk menjadi
pilot, anda harus mencobanya.
9. Kenapa pilot perempuan masih sangat sedikit? Menurut
anda, apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya?
Menurut saya, di negara maju, sudah mulia banyak pilot perempuan, tetapi
iya, dulunya profesi pilot adalah ranah laki-laki sehingga lebih banyak
laki-laki yang menjadi pilot. Untuk di
Indonesia, menurut saya masih akan cukup sulit bagi perempuan untuk berkarir
sebagai pilot karena pilot perempuan jumlahnya masih belum banyak. Menurut saya
ini juga cukup menarik karena di Indonesia banyak air traffic controllers adalah perempuan, tetapi perempuan yang
menjadi pilot malah masih sedikit.
Tantangan lain bagi perempuan ketika menjadi pilot adalah jika perempuan
tersebut berkeluarga dan memiliki anak.
Bagi saya bekerja sebagai pilot adalah hal yang paling menyenangkan. Saya sangat mencintai pekerjaan saya. Saya sangat gembira ketika menerbangkan
pesawat untuk pertama kalinya. Bekerja sebagai pilot sangat menyenangkan,
setiap harinya akan selalu menemukan tantangan yang menarik.
PS: thanks to Sonja whom has triggered my memory to post this wonderful interview.
No comments:
Post a Comment